Jumat, 08 Agustus 2008

info beasiswa

1 komentar
UNIVERSITAS AL MADINAH INTERNASIONAL

Universitas Al-Madinah Internasional (Al-Madinah International University, MEDIU) adalah universitas islam virtual pertama di dunia, yang dicetuskan oleh para ulama di timur tengah. Dengan dilatar belakangi oleh sulitnya kesempatan menuntut ilmu ke kota Nabi, yaitu di Madinah Al-Munawwarah. Sehingga para ulama memiliki gagasan untuk mengantarkan khazanah ilmiah warisan para nabi keseluruh penjuru dunia, agar semakin banyak orang yang dapat mempelajarinya.
Dengan sistem pembelajaran yang menggabungkan antara sistem kelas virtual dan sistem klasikal berupa tatap muka secara langsung dengan pengajar, diharapkan lulusan MEDIU ini akan memiliki kualifikasi yang tinggi untuk memenuhi kebutuhan ummat akan thalibul ilmi yang akan memenuhi dunia ini dengan nuansa kesejukan dari syariat Allah subhanahu wata’ala.
Lulusan MEDIU akan mendapatkan gelar sarjana dan ijazah yang diakui oleh pemerintah Malaysia dan terakreditasi oleh MQA.
Fasilitas yang didapatkan:
1. Lab komputer
2. Akses Internet Broadband di Learning Center Yogyakarta.
3. Perpustakaan digital.
4. Share point video kajian para ulama dalam bahasa arab.
5. Modul perkuliahan dalam bentuk Buku dan CD.
6. Laptop (dipinjamkan dan menjadi hak milik setelah menyelesaikan studi dengan prestasi
yang memuaskan)
7. Uang saku USD 200/semester

Syarat Pendaftaran:
1. Fotokopi ijazah SMU atau yang sederajat (dilegalisir* )
2. Fotokopi Transkrip nilai (dilegalisir* )
3. Fotokopi KTP (dilegalisir* )
4. Fotokopi Foto berwarna 3x4 (4 lembar)
5. Surat keterangan penghasilan/ slip gaji
6. Biaya pendaftaran Rp400.000,- (diskon 50% bagi yang tidak mampu dengan menyertakan surat keterangan tidak mampu)
*) Legalisir bisa dilakukan oleh RT/RW setempat atau lembaga/ormas islam.

Formulir dapat diperoleh di:
1. Situs www.mediujogja. com
2. Kantor Learning Center Yogyakarta

LC MEDIU YOGYAKARTA
Jl. Kusumanegara no.222, Umbulharjo
Yogyakarta 55165
Tel. (0274) 376751
Fax. (0274) 375872
HP: 0852 2830 2205
Website: http://www.mediu. edu.my dan www.mediujogja. com
Email: yogyakarta@mediu. edu.my

Minggu, 03 Agustus 2008

Info Ekonomi Islam

0 komentar


Jakarta (25/7/08) Hasil penelitian Pusat Bahasa dan Budaya (PBB) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, tahun 2006, terhadap 500 responden nazhir di 11 Propinsi, menunjukkan bahwa harta wakaf lebih banyak bersifat diam (77%) daripada yang menghasilkan atau produktif (23%). Temuan umum lainnya juga menunjukkan pemanfaatan terbesar harta wakaf adalah masjid (79%) daripada peruntukkan lainnya, dan lebih banyak berada di wilayah pedesaan (59%)daripada perkotaan (41%). Sedangkan para nazhir pun tidak terfokus dalam mengelola, mereka mayoritas bekerja sambilan dan tidak diberi upah (84%), dan yang bekerja secara penuh dan terfokus ternyata amatlah minim (16 %). Selain itu, wakaf di Indonesia lebih banyak dikelola oleh perseorangan (66%) alias tradisional, daripada organisasi professional (16%) dan berbadan hukum (18%). Ironis.Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa problem mendasar dalam stagnasi perkembangan wakaf di Indonesia adalah dua hal: aset wakaf yang tidak diproduktifkan (diam) dan kapasitas nazhir yang tidak profesional. Jika perwakafan di Indonesia ingin bangkit, tentu kedua hal itu tak boleh dibiarkan, harus segera diatasi. Pada titik inilah peran Badan Wakaf Indonesia (BWI) sangatlah penting. Sebagai lembaga independen yang dibentuk pemerintah, BWImemegang peran besar dalam memajukan dan mengembangkan perwakafan nasioal, sebagaimana diamanatkan dalam UU No. 41 tahun 2004 tentang wakaf.Karena itu, BWI akan mengadakan kegiatan yang bermaksud untuk menyosialisasikan urgensi wakaf produktif untuk kesejahteraan masyarakat, serta merumuskan prinsip dasar nazhir profesional sebagai pengelola harta wakaf ke arah produktif. Kegiatan tersebut meliputi dua bentuk: seminar dan workshop. Untuk bisa mencapai target yang diharapkan, BWI menghadirkan pakar perwakafan dari berbagai kalangan terkait, serta para nazhir dari berbagai daerah di Indonesia yang telah berhasil mengembangkan wakaf produktif, sebagai sumber pengayaan dan bahan studi banding.

NAMA DAN TEMA
Kegiatan ini bernama Seminar Wakaf Produktif dan Workshop Nazhir Profesional. Tema seminar: "Mengembangkan Wakaf Produktif untuk Membangun Kesejahteraan dan Peradaban". Sedangkan tema workshop: "Meningkatkan Profesionalitas Nazhir untuk Memaksimalkan Produktifitas Harta Benda Wakaf".

TUJUAN-
Menyosialisasikan kepada masyarakat ihwal gerakan wakaf produktif untuk menyejahterakan dan membangun peradaban umat.- Menumbuhkan kesadaran (awereness) dan menyamakan persepsi masyarakat mengenai wakaf dan manfaatnya, agar mereka termotivasi untuk menyisihkan hartanya dalam bentuk wakaf.- Sharing pendapat dengan para Nazhir dalam merumuskan dan menentukan system pengelolaan harta benda wakaf.- Menggali pengalaman para Nazhir yang sudah cukup berhasil dalam mengelola dan mengambangkan harta benda wakaf.- Meningkatkan kerja sama antara BWI, Lembaga Keuangan Syariah dan Nazhir-nazhir guna mengembangkan dan memproduktifkan harta benda wakaf.- Merumuskan sistem pelatihan Nazhir professional.

NARASUMBER DAN MATERI
Keynote Speech Menteri Agama RI, H. Muhammad Maftuh Basyuni
Tema: Potensi Wakaf Produktif Untuk Meningkatkan Kesejahteraan Umat
Adapun narasumber dan materi seminar adalah sebagai berikut:
1. Prof. Dr. Mustafa Dasuki, Ketua Yayasan Wakaf Shalih Kamil Universitas al-Azhar Mesir
Sub tema: Pengembangan Aset Wakaf di Mesir
2. Prof. Dr. Nasaruddin Umar, Dirjen Bimas Islam Depag RISub tema: Peran Depag RI dan BWI dalam
Mengembangkan Perwakafan di Indonesia
3. Mustafa E. Nasution, Ph.D, Wakil Ketua Badan Wakaf Indonesia
Sub tema: Wakaf Uang dan Sektor Voluntir
4. Dr. Alwi Sihab, Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah
Sub tema: Kerjasama Pengelola Wakaf dengan Investor Timur Tengah

Materi dan narasumber Workshop Nazhir Profesional yaitu:
1. Perwakafan di Indonesia (filosofi, sejarah, hukum, dan potensi), Dr. Uswatun Hasanah
2. Wakaf Uang: Pengembangan dan Pengelolaannnya di Indonesia, Dr. Jafril Khalil, MCL
3. Peran LKS sebagai Mitra dalam Mengelola Wakaf Uang, LKS PWU
4. Manajemen Investasi Harta Wakaf Produktif, Ir. Suhaji Lestiadi
5. Sharing Pengalaman tentang Pengelolaan Wakaf, Drs. Ahmad JUnaidi, MBA
6. Perumusan sistem pelatihan dan sistem pemberdayaan wakaf
7. Fasilitator: Bey Sapta Utama, M.Si, Dian Masyita, MT dan HM. Cholil Nafis, MA

PESERTA
Peserta seminar terdiri dari berbagai unsure, antara lain: unsur pemerintah, legislatif, lembaga keuangan syariah, organisasi kemasyarkatan (ormas) Islam, praktisi ekonomi syariah, Perguruan Tinggi Agama dan Umum, serta lembaga lembaga wakaf.Sedang peserta workshop terdiri dari 30 nazhir organisasi dan badan hukum yang dianggap sudah berhasil dalam mengelola harta wakaf di seluruh Indonesia.

WAKTU DAN TEMPAT
Seminar Wakaf Produktif
Hari/tanggal : Rabu, 6 Agustus 2008
Pukul : 09.00-13.45 WIB
Tempat : Hotel Sultan, Jl. Gatot Subroto P.O BOX 3315 Jakarta
Workshop Nazhir ProfesionalHari/tanggal : 5-7 Agustus 2008
Tempat : Hotel Sofyan, Jakarta.

KONFIRMASI KEHADIRAN
Pada dasarnya Seminar Wakaf Produktif ini terbuka untuk umum, tapi karena keterbatasan tempat, panitia mengharap kepada berbagai kalangan atau person yang ingin mengikuti seminar ini harap konfirmasi ke: Sekretariat 021-70349977 atau SMS 0815 8789 453 (Ubaid).Sedangkan untuk Workshop Nazhir Profesioanl pesertanya dibatasi hanya 35 orang dari berbagai institusi wakaf. Bagi lembaga-lembaga yang sudah menerima surat undangan harap konfirmasi ke panitia, paling lambat hari Senin 28 Juli 2008. (aum)

Sabtu, 02 Agustus 2008

Menjadi Pribadi Muslim berprestasi

0 komentar
Sekiranya kita hendak berbicara tentang Islam dan kemuliaannya, ternyata tidaklah cukup hanya berbicara mengenai ibadah ritual belaka. Tidaklah cukup hanya berbicara seputar shaum, shalat, zakat, dan haji. Begitupun jikalau kita berbicara tentang peninggalan Rasulullah SAW, maka tidak cukup hanya mengingat indahnya senyum beliau, tidak hanya sekedar mengenang keramah-tamahan dan kelemah-lembutan tutur katanya, tetapi harus kita lengkapi pula dengan bentuk pribadi lain dari Rasulullah, yaitu : beliau adalah orang yang sangat menyukai dan mencintai prestasi!

Hampir setiap perbuatan yang dilakukan Rasulullah SAW selalu terjaga mutunya. Begitu mempesona kualitasnya. Shalat beliau adalah shalat yang bermutu tinggi, shalat yang prestatif, khusyuk namanya. Amal-amal beliau merupakan amal-amal yang terpelihara kualitasnya, bermutu tinggi, ikhlas namanya. Demikian juga keberaniannya, tafakurnya, dan aneka kiprah hidup keseharian lainnya. Seluruhnya senantiasa dijaga untuk suatu mutu yang tertinggi.

Ya, beliau adalah pribadi yang sangat menjaga prestasi dan mempertahankan kualitas terbaik dari apa yang sanggup dilakukannya. Tidak heran kalau Allah Azza wa Jalla menegaskan, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap rahmat Allah ..." (QS. Al Ahzab [33] : 21)

Kalau ada yang bertanya, mengapa sekarang umat Islam belum ditakdirkan unggul dalam kaitan kedudukannya sebagai khalifah di muka bumi ini? Seandainya kita mau jujur dan sudi merenung, mungkin ada hal yang tertinggal di dalam menyuritauladani pribadi Nabi SAW. Yakni, kita belum terbiasa dengan kata prestasi. Kita masih terasa asing dengan kata kualitas. Dan kita pun kerapkali terperangah manakala mendengar kata unggul. Padahal, itu merupakan bagian yang sangat penting dari peninggalan Rasulullah SAW yang diwariskan untuk umatnya hingga akhir zaman.

Akibat tidak terbiasa dengan istilah-istilah tersebut, kita pun jadinya tidak lagi merasa bersalah andaikata tidak tergolong menjadi orang yang berprestasi. Kita tidak merasa kecewa ketika tidak bisa memberikan yang terbaik dari apa yang bisa kita lakukan. Lihat saja shalat dan shaum kita, yang merupakan amalan yang paling pokok dalam menjalankan syariat Islam. Kita jarang merasa kecewa andaikata shalat kita tidak khusyuk. Kita jarang merasa kecewa manakala bacaan kita kurang indah dan mengena. Kita pun jarang kecewa sekiranya shaum Ramadhan kita berlalu tanpa kita evaluasi mutunya.

Kita memang banyak melakukan hal-hal yang ada dalam aturan agama tetapi kadang-kadang tidak tergerak untuk meningkatkan mutunya atau minimal kecewa dengan mutu yang tidak baik. Tentu saja tidak semua dari kita yang memiliki kebiasaan kurang baik semacam ini. Akan tetapi, kalau berani jujur, mungkin kita termasuk salah satu diantara yang jarang mementingkan kualitas.

Padahal, adalah sudah merupakan sunnatullah bahwa yang mendapatkan predikat terbaik hanyalah orang-orang yang paling berkualitas dalam sisi dan segi apa yang Allah takdirkan ada dalam episode kehidupan dunia ini. Baik dalam urusan duniawi maupun ukhrawi, Allah Azza wa Jalla selalu mementingkan penilaian terbaik dari mutu yang bisa dilakukan.

Misalnya saja shalat, "Qadaflahal mu’minuun. Alladziina hum fii shalaatihim" (QS. Al Mu’minuun [23] : 1-2). Amat sangat berbahagia serta beruntung bagi orang yang khusyuk dalam shalatnya. Artinya, shalat yang terpelihara mutunya, yang dilakukan oleh orang yang benar-benar menjaga kualitas shalatnya. Sebaliknya, "Fawailullilmushalliin. Alladziina hum’an shalatihim saahuun" (QS. Al Maa’uun [107] : 4-5). Kecelakaanlah bagi orang-orang yang lalai dalam shalatnya!

Amal baru diterima kalau benar-benar bermutu tinggi ikhlasnya. Allah Azza wa Jalla berfirman, "Padahal mereka tidak disuruh, kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus dan supaya mereka mendirikan shalat serta menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus" (QS. Al Bayyinah [98] : 5). Allah pun tidak memerintahkan kita, kecuali menyempurnakan amal-amal ini semata-mata karena Allah. Ada riya sedikit saja, pahala amalan kita pun tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Ini dalam urusan ukhrawi.

Demikian juga dalam urusan duniawi produk-produk yang unggul selalu lebih mendapat tempat di masyarakat. Lebih mendapatkan kedudukan dan penghargaan sesuai dengan tingkat keunggulannya. Para pemuda yang unggul juga bisa bermamfaat lebih banyak daripada orang-orang yang tidak memelihara dan meningkatkan mutu keunggulannya.

Pendek kata, siapapun yang ingin memahami Islam secara lebih cocok dengan apa-apa yang telah dicontohkan Rasul, maka bagian yang harus menjadi pedoman hidup adalah bahwa kita harus tetap tergolong menjadi orang yang menikmati perbuatan dan karya terbaik, yang paling berkulitas. Prestasi dan keunggulan adalah bagian yang harus menjadi lekat menyatu dalam perilaku kita sehari-hari.

Kita harus menikmati karya terbaik kita, ibadah terbaik kita, serta amalan terbaik yang harus kita tingkatkan. Tubuh memberikan karya terbaik sesuai dengan syariat dunia sementara hati memberikan keikhlasan terbaik sesuai dengan syariat agama. Insya Allah, di dunia kita akan memperoleh tempat terbaik dan di akhirat pun mudah-mudahan mendapatkan tempat dan balasan terbaik pula.

Tubuh seratus persen bersimbah peluh berkuah keringat dalam memberikan upaya terbaik, otak seratus persen digunakan untuk mengatur strategi yang paling jitu dan paling mutakhir, dan hati pun seratus persen memberikan tawakal serta ikhlas terbaik, maka kita pun akan puas menjalani hidup yang singkat ini dengan perbuatan yang Insya Allah tertinggi dan bermutu. Inilah justru yang dikhendaki oleh Al Islam, yang telah dicontohkan Rasulullah SAW yang mulia, para sahabatnya yang terhormat, dan orang-orang shaleh sesudahnya.

Oleh sebab itu, bangkitlah dan jangan ditunda-tunda lagi untuk menjadi seorang pribadi muslim yang berprestasi, yang unggul dalam potensi yang telah dianugerahkan Allah SWT kepada setiap diri hamba-hambanya. Kitalah sebenarnya yang paling berhak menjadi manusia terbaik, yang mampu menggenggam dunia ini, daripada mereka yang ingkar, tidak mengakui bahwa segala potensi dan kesuksesan itu adalah anugerah dan karunia Allah SWT, Zat Maha Pencipta dan Maha Penguasa atas jagat raya alam semesta dan segala isinya ini!

Ingat, wahai hamba-hamba Allah, "Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dan beriman kepada Allah ...!’ (QS. Ali Imran [3] : 110).